Search

Jumat, 04 November 2011

APRESIASI TEKS SENI BERBAHASA

Pengertian
Apresiasi teks seni berbahasa dapat di artikan sebagai kegiatan untuk memahami suatu karya bermedium bahasa dengan sungguh-sungguh timbul penghargaan terhadap karya itu karya itu karena sadar akan keindahan dan kehalusanya. Keindahan suatu karya itu antara lain terwujud oleh adanya makna, rasa, atau amanat yang disampaikan secara terselubung dengan memanfaatkan struktur tata bahasa dan pilihan kata/ungkapan tertentu sehingga melahirkan majas,rima,ritma,peribahasa,imaji(daya bayang) asosiasi dsb..
Apresiasi dapat bersifat verbal , dapat pula kinetik. Verbal artinya berhubungan dengan kata atau ucapan , sedangkan kinetik artinya berhubungan dengan gerak. Apresiasi dapat bersifat tulis, dapat pula lisan. Selain itu, apresiasi dapat bersifat reseptif, dapat pula produktif.
Bentuk apresiasi karya tahap pertama ialah yang barsifat resptif , seperti membaca mendegarkan , atau menonton sehingga memahami dan menikmati karya tersebut untuk mengetahui sejauh mana seseorang telah berhasil memahami atau menikmati suatu karya.
Penjelasan
Apresiasi dapat diartikan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjek apresiator dapat menghargai karya sastra yang dinikmatinya secara sadar. Karya sastra dapat dikenal atau dipahami melalui unsur-unsur yang membangunnya atau disebut dengan unsur intrinsik. Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, plot/alur, tokoh, watak tokoh, latar, setting, amanat/pesan, sudut pandang, dan gaya bahasa. Selain dari unsur intrinsik dan teks seni berbahasa, juga dapat diapresiasi dengan menelaah penggunaan atau pilihan kata serta istilah yang terdapat dalam teks tersebut. Termasuk dalam hal ini, mencari kata-kata kunci yang menjadi penanda tema teks yang bersangkutan.
Di samping pengamatan terhadap unsur-unsur intrinsik dan pemakaian unsur bahasanya, untuk memahami suatu karya sastra atau teks seni berbahasa dapat dilakukan pula pengamatan terhadap unsur-unsur ekstrinsik, yaitu hal-hal yang melatar belakangi terciptanya teks seni berbahasa tersebut. Hal-hal tersebut antara lain latar belakang pengarang, tujuan penulisan, latar sosial-budaya, lingkungan kehidupan pengarang, serta latar belakang pendidikan. Sebelum melakukan apresiasi, umumnya seseorang memilih bentuk karya sastra atau jenis teks seni berbahasa yang disukai, misalnya bentuk karya sastra prosa, puisi, drama, atau film. Kesukaan itu akan melangkah pada upaya seseorang untuk mengetahui atau memahami lebih dalam karya yang dipilihnya. Sebuah karya sastra dapat disukai dan digemari oleh seseorang oleh karena karya tersebut dapat memberi kesan tersendiri yang menimbulkan empati bagi penggemarnya. Hal itu disebabkan proses penciptaan karya sastra meliputi hal-hal berikut ini :
1. Upaya mengeksplorasi jiwa pengarangnya yang diejawantahkan ke dalam bentuk bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.
2. Upaya menjadikan sastra media komunikasi antara pengarang atau pencipta dan peminat sastra.
3. Upaya menjadikan sastra sebagai alat penghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra.
4. Upaya menjadikan isi karya sastra merupakan satu bentuk ekspresi yang mendalam dari pengarang atau sastrawan terhadap unsur-unsur kehidupan. Dengan kata lain, merupakan hasil proses yang matang bukan sekadar diciptakan.
Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra atau teks seni berbahasa, perlu dilakukan aktivitas berupa:
1. Mendengarkan/menyimak
2. Membaca
3. Menonton
4. Mempelajari bagian-bagiannya
5. Menceritakan kembali
6. Mengomentari
7. Meresensi
8. Membuat parafrasa
9. Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan karya tersebut
10. Merasakan seperti: mendeklamasikan (untuk puisi ) atau melakonkan (untuk drama)
11. Membuat sinopsis untuk cerita, dan sebagainya
Selain aktivitas merespons karya sastra seperti disebutkan di atas, langkah-langkah mengapresiasi sebuah karya sastra yang diminati secara umum meliputi hal-hal berikut:
1. Menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra tersebut.
2. Menganalisis atau menguraikan unsur-unsur karya sastra tersebut, baik unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya.
3. Menikmati atau merasakan karya sastra berdasarkan pemahaman untuk mendapatkan penghayatan.
4. Mengevaluasi atau menilai karya sastra dalam rangka mengukur kualitas karya tersebut.
5. Memberikan penghargaan kepada karya sastra berdasarkan tingkat kualitasnya.

Contoh
- kisah dalam film Titanic yang dilatarbelakangi oleh kisah nyata tenggelamnya kapal Titanic yang disebut-sebut sebagai unsinkable ship ( kapal yang tak bias tenggelam ) oleh para perancangnya.
- Novel Ziarah karya Iwan Simatupang juga diduga sebagai refleksi goncangan jiwa pengarang akibat kematian istrinya.
- Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar diakui memiliki daya ramal terhadap diri Chairil Anwar sendiri : meninggal dalam usia muda, sebelum cita-citanya tercapai.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Inovasi dan Perilaku Inovatif

1. Pengertian Inovasi

Istilah inovasi dalam organisasi pertama kali diperkenalkan oleh Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi ‘kombinasi baru’. Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk, jasa, proses kerja, pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru (dalam de Jong & den Hartog, 2003) sedangkan istilah ‘baru’ dijelaskan Adair (1996) bukan berarti original tetapi lebih ke newness (kebaruan). Arti kebaruan ini, diperjelas oleh pendapat Schumpeter bahwa inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi.

Dengan inovasi maka seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, pemasaran, sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi juga stakeholder dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003). ’Kebaruan’ juga terkait dimensi ruang dan waktu. ’Kebaruan’ terikat dengan dimensi ruang. Artinya, suatu produk atau jasa akan dipandang sebagai sesuatu yang baru di suatu tempat tetapi bukan barang baru lagi di tempat yang lain. Namun demikian, dimensi jarak ini telah dijembatani oleh kemajuan teknologi informasi yang sangat dahsyat sehingga dimensi jarak dipersempit. Implikasinya, ketika suatu penemuan baru diperkenalkan kepada suatu masyarakat tertentu, maka dalam waktu yang singkat, masyarakat dunia akan mengetahuinya.

Dengan demikian ’kebaruan’ relatif lebih bersifat universal. ’Kebaruan’ terikat dengan dimensi waktu. Artinya, kebaruan di jamannya. Jika ditengok sejarah peradaban bangsa Indoensia, maka pada jaman tersebut maka bangunan candi Borobudur, pembuatan keris oleh empu, pembuatan batik adalah suatu karya bersifat inovatif di jamannya. Ruang lingkup inovasi dalam organisasi (Axtell dkk dalam Janssen, 2003), bergerak mulai dari pengembangan dan implementasi ide baru yang mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, atau skala yang lebih rendah yaitu perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Oleh karenanya, penelitian inovasi dalam organisasi dapat dilakukan dalam 3 level yaitu inovasi level individu, kelompok, dan organisasi (Adair, 1996; de Jong & Den Hartog, 2003).

Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi ada dua macam inovasi yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental (Scot & Bruece, 1994).

a. Inovasi radikal dilakukan dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan pengembangan. Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan lembaga jasa keuangan.
b. Inovasi inkremental merupakan proses penyesuaian dan mengimplementasikan perbaikan yang berskala kecil. Yang melakukan inovasi ini adalah semua pihak yang terkait sehingga pendekatan pemberdayaan sesuai dengan model inovasi inkremental ini (Bryd & Brown, 2003; Jones, 2004).

Lebih lanjut De Jong & Den Hartog, (2003) menguraikan bahwa inovasi inkremental terlihat pada sektor kerja berikut ini :
a. Knowledge-intensive service (KIS) yakni usahanya meliputi pengembangan ekonomi sebagai contoh konsultan akuntansi, administrasi, R&D service, teknik, komputer, dan manajemen. Sumber utama inovasi dari kemampuan mereka untuk memberikan hasil desain yang sesuai untuk pengguna layanan mereka. Inovasi mereka hadirkan setiap kali dan tidak terstruktur.
b. Supplier-dominated services meliputi perdagangan retail, pelayanan pribadi (seperti potong rambut), hotel dan restaurant.
Macam inovasi berdasarkan fungsi ada dua yaitu inovasi teknologi dapat berupa produk, pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat bersifat organisasional, struktural, dan inovasi sosial (Brazeal & Herbert, 1997).

2. Perilaku inovatif

Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong & Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor innovation (e.g., Axtell et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003). Pendapat senada dikemukakan oleh Stein & Woodman (Brazeal & Herbert,1997) mengatakan bahwa inovasi adalah implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif. Bryd & Bryman (2003) mengatakan bahwa ada dua dimensi yang mendasari perilaku inovatif yaitu kreativitas dan pengambilan resiko. Demikian halnya dengan pendapat Amabile dkk (de Jong & Kamp, 2003) bahwa semua inovasi diawali dari ide yang kreatif.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru yang terdiri dari 3 aspek yaitu keahilan, kemampuan berfikir fleksibel dan imajinatif, dan motivasi internal (Bryd & Bryman, 2003). Dalam proses inovasi, individu mempunyai ide-ide baru, berdasarkan proses berfikir imajinatif dan didukung oleh motivasi internal yang tinggi. Namun demikian sering kali, proses inovasi berhenti dalam tataran menghasilkan ide kreatif saja dan hal ini tidak dapat dikategorikan dalam perilaku inovatif. Dalam mengimplementasikan ide diperlukan keberanian mengambil resiko karena memperkenalkan ‘hal baru’ mengandung suatu resiko. Yang dimaksud dengan pengambilan resiko adalah kemampuan untuk mendorong ide baru menghadapi rintangan yang menghadang sehingga pengambilan resiko merupakan cara mewujudkan ide yang kreatif menjadi realitas (Bryd & Brown, 2003). Oleh karenanya, jika tujuan semula melakukan inovasi untuk kemanfaatan organisasi, tetapi jika tidak dikelola dengan baik justru menjadi bumerang. Adapun inovasi yang sesuai dengan perilaku inovatif adalah inovasi inkremental. Dalam hal ini, yang melakukan inovasi bukan hanya para ahli saja tetapi semua karyawan yang terlibat dalam proses inovasi tersebut. Oleh karenanya sistem pemberdayaan karyawan sangat diperlukan dalam perilaku inovatif ini.

Dalam penelitian ini, inovasi difokuskan bukan pada output inovatif. Fokus penelitian ini perilaku inovatif yang merupakan faktor kunci dari inovasi inkremental (Scott & Bruce, 1994; de Jong & Kemp, 2003). Yang dimaksud dengan perilaku inovatif dalam penelitian ini adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.

3. Proses Inovasi dan Pengelolaannya

Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terus menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi (Damanpour dkk dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997).
De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap yaitu:
a. Melihat kesempatan bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan.
Kesempatan dapat berawal dari ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.
b. Mengeluarkan ide.
Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengkombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.
c. Implementasi.
Dalam fase ini, ide ditransformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering juga disebut tahapan konvergen. Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide, karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku inovasi Konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan dan juga menekan dan bernegosiasi. Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
d. Aplikasi.
Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.

Proses inovasi (http;//infomgt.bi.no/euram/material/p-luno.doc), terdiri atas:
a. mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain.
b. resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan dan memecah ide ke dalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan implementasi

Proses inovasi (http:/faculty.babson.edu/gordon/ manuscript/ECIS05.doc) adalah:
a. Inisiasi yaitu kegiatan yang mencakup keputusan dalam organisasi untuk mengadopsi inovasi
b. pengembangan yaitu kegiatan yang meliputi desain dan pengembangan produk dan perencanaan proses inovasi dalam fase inovasijadi fase ini meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan masalah
c. implementasi yaitu kegiatan ini meliputi penerapan desain inovasi yang telah dibuat sebelumnya dalam fase pengembangan

Adair (1996) mengatakan ada 3 fase dalam proses inovasi sebagai berikut:
a. Generating ideas.
Keterlibatan individu dan tim dalam menghasilkan ide untuk memperbaiki produk, proses dan layanan yang ada dan menciptkaan sesuatu yang baru.
b. Harvesting ideas.
Melibatkan sekumpulan orang untuk mengumpulkan dan mengevaluasi ide-ide.
c. Developing and implementing these ideas.
Mengembangkan ide-ide yang telah terkumpul dan selanjutnya mengimplementasikan ide tersebut.

Hussey (2003) berupaya membentuknya dalam tahapan dan dibuat dengan akronim EASIER yaitu:
a. Envisioning yaitu proses ini meliputi penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organisasi, ruang lingkup inovasi, dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi.
b. Activating yaitu penyampaian visi ke publik agar tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi begitupula dengan implementasi visi.
c. Supporting yaitu tahapan ini merupakan upaya seorang pemimpin tidak hanya di dalam memberikan perintah dan instruksi kepada bawahan, namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap emphatik.
d. Installing yaitu pada tahapan ini merupakan tahapan implementasi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima.
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang di dalam memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut:
a). meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami kemudian,
b). mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan membawa perubahan,
c). mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima,
d). memprioritaskan tindakan yang diterima,
e). memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan struktur yang dibutuhkan,
f). mengalokasikan orang-orang yang tepat,
g). menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasi inovasi.
e. Ensuring yaitu kegiatan yang meliputi monitoring dan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan sudah tepat waktu dan sesuai rencana. Apabila tidak sesuai dengan rencana maka rencana alternative apa yang dapat diambil. Selain itu, tahapan ini juga dipergunakan untuk memantau apakah hasil sesuai dengan yang diharapkan sehingga apabila tidak, maka akan dibuat langkah penyesuaian.
f. Recognizing yaitu tahapan ini meliputi segala macam bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap dalam proses inovasi adalah sebagai berikut:
a. Melihat peluang.
Peluang muncul ketika ada persoalan yang muncul atau dipersepsikan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya dan realitanya. Oleh karenanya, perilaku inovatif dimulai dari ketrampilan melihat peluang.
b. Mengeluarkan ide.
Ketika dihadapkan suatu masalah atau dipersepsikan sebagai masalah maka gaya berfikir konvergen yang digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat diperlukan.
c. Mengkaji ide.
Tidak Semua ide dapat dipakai, maka dilakukan kajian terhadap ide yang muncul. Gaya berfikir divergen atau mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar pertimbangan adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan kerugian dan keuntungan. Ide yang realistic yang diterima, sementara ide yang kurang realistic dibuang. Kajian dilakukan terus menerus sampai ditemukan alternative yang paling mempunyai probabilitas sukses yang paling besar.
d. Implementasi.
Dalam tahap ini, keberanian mengambil resiko sangat diperlukan. Resiko berkaitan dengan probabilitas kesuksesan dan kegagalan, oleh karenanya David Mc Clelland menyarankan pengambilan resiko sebaiknya dalam taraf sedang. Hal ini berakaitan dengan probabilitas untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi.

5. Pengelolaan Perilaku Inovatif

Bharawaj & Menon pada tahun 2000 melakukan survey lebih dari 600 unit bisnis dan mendapatkan hasil bahwa yang menentukan inovasi pada level organisasi adalah:
(a) mekanisme kreativitas individual,
(b) mekanisme kreativitas organisasi, dan
(c) ke dua faktor secara bersama-sama (Hyland & Beckett, 2004).


Ulrich (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa ada 3 premis yang berkaitan dengan inovasi yaitu persoalan inovasi, inovasi itu multifaceted, dan inovasi sebuah budaya.

Hickman & Raia (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa inovasi dapat terjadi dalam lingkungan yang berfikir divergen, imajinasi, ketidakaturan, uncertainty, dan toleransi terhadap ambigiusitas. Bukan dalam sistem berfikir konvergen yang mempertahankan aturan organisasi.

Strategi apa yang perlu diperhatikan dalam memunculkan inovasi?
Pertama, perlu mempertimbangkan pertambahan keuntungan yang akan dicapai. Hal ini dapat dilakukan melalui pengukuran sampai sejauh mana kompetitor akan sulit mengikuti langkah yang diambil.
Kedua apakah ada kemungkinan untuk memperluas keuntungan yang akan diperoleh (Hussey, 2003). Dengan demikian, bagian akhir dari sebuah inovasi adalah sejauh mana langkah yang diambil dapat menguntungkan dan tidak diambil keuntungannya oleh pesaing dan mendapatkan keuntungan.

Organisasi inovatif dikatakan Bryd & Brown (2003) adalah sebagai berikut:
a. adanya dorongan bagi para anggotanya untuk bekerja secara mandiri
b. memberikan penghargaan kepada para anggota yang memiliki arahan tersendiri (inner-directed) dan mengembangkan ide-ide mereka
c. menilai keunikan dan bakat tiap kontributor
d. menampilkan ketangguhan ketika menghadapi hambatan
e. mengetahui bagaimana cara berkembang di lingkungan yang ambigu/ tidak menentu
f. menciptakan lingkungan yang setiap orang yang berada di dalamnya dihargai dan dinilai karena menjadi dirinya sendiri
g. memperkenalkan perilaku penerimaan yang baik

Senin, 11 Juli 2011

REPLICATION DATABASE










Laporan SNATI Replication

Laporan_uas_basis Data 2 ( Susilo )

Jumat, 08 Juli 2011

Contoh Surat Lamaran Kerja

Attention To:
HRD Manager
Muhammadiyah University Of Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh
Purwokerto

Dear Sir/Madam,
I have read from your advertisement at Kompas that your university is looking for lecturer. Based on the advertisement, I am interested in applying application for Engineer position according with my background educational as Informatic Engineering.
My name is Susilo Utomo, I am twenty years old. I have graduated from Informatic Engineering of Department on March 2007. My specialization in Informatic Engineering. I consider myself that I have qualifications as you want. I have good motivation for progress and growing, eager to learn, and can work with a team (team work) or by myself. Beside that I posses adequate computer skill and have good command in English (oral and written).
With my qualifications, I confident that I will be able to contribute effectively to university. Herewith I enclose my :
1. Copy of Bachelor Degree (S-1) Certificate and Academic Transcript.
2. Curriculum Vitae.
3. Copy of Job Training Certificate from Unocal Indonesia Company.
4. Recent photograph with size of 4x6
I would express my gratitude for your attention and I hope I could follow your recruitment test luckily.
Sincerely yours,

Susilo Utomo
____________________________________________________________________________________
Perhatian Untuk:
HRD Manajer
Muhammadiyah University Of Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh
Purwokerto

Dear Sir / Madam,

Saya telah membaca dari iklan Anda di Kompas bahwa universitas Anda sedang mencari dosen. Berdasarkan iklan, saya tertarik dalam menerapkan aplikasi untuk posisi Insinyur sesuai dengan latar belakang saya pendidikan sebagai Teknik Informatika.

Nama saya Susilo Utomo, saya dua puluh tahun. Saya telah lulus dari Teknik Informatika Departemen pada Maret 2007. Saya spesialisasi di bidang Teknik Informatika. Saya menganggap diri saya bahwa saya memiliki kualifikasi seperti yang Anda inginkan. Saya memiliki motivasi yang baik untuk kemajuan dan berkembang, bersemangat untuk belajar, dan dapat bekerja dengan tim (team work) atau sendiri. Selain itu saya dimiliki keterampilan komputer yang memadai dan memiliki perintah yang baik dalam bahasa Inggris (lisan dan tertulis).

Dengan kualifikasi saya, saya yakin bahwa saya akan dapat memberikan kontribusi secara efektif ke universitas. Dengan ini saya saya melampirkan:

1. Copy Sarjana (S-1) Sertifikat dan Transkrip Akademik.
2. Kurikulum Vitae.
3. Copy Sertifikat Kerja Praktek dari Unocal Indonesia Company.
4. Foto terakhir dengan ukuran 4x6

Saya akan mengungkapkan rasa terima kasih atas perhatian dan saya berharap bisa mengikuti tes rekrutmen untungnya Anda.

Hormat kami,



Susilo Utomo

Selasa, 05 Juli 2011

Replication

Melakukan copy dari 1 atau lebih server (disebut sebagai Replicas) demi availability dan performance yang lebih baik.

Keputusan yang salah dalam menentukan arsitektur Replikasi, bisa berarti :
worse performance – suatu “update” harus di-apply kesemua Replicas dan disinkronisasi
worse availability – beberapa algoritma membutuhkan banyak Replicas untuk beroperasi, padahal dalam kenyataan hanya beberapa diantaranya yang digunakan

Snapshot Replication
Mencopy semua data dari ARTIKEL ke SUBSCRIBER
Mengabaikan data yang telah dimodifikasi di SUBSCRIBER (subscriber menjadi Read Only)
Network Bandwidth yang dibutuhkan sangat besar
Mudah implementasinya
Proses Copy Artikel terjadi dalam suatu waktu

Transactional Replication
Proses Copy Transaksi dari Artikel, dengan memanfaatkan Transaction Log milik Publication DB
Setiap perubahan data yang terjadi akan dicopy dulu ke Distributor, baru kemudian dicopy ke Subscriber
Lebih efisien daripada Snapshot Replication
Traffic Network menjadi minimal (krn butuh bandwidth kecil)
Real Time
Modifikasi data di Subscriber tetap dipertahankan

Transactional publication with updatable subscriptions Replication
Seperti Transactional Replication
Bedanya, Subscriber bisa juga mempublikasi ke Pusblisher

Senin, 04 Juli 2011

Transaction

Transaction Database

Dalam database management system (dbms) ada yang di sebut transaction. Transaction dalam dbms ini bertujuan untuk menggabungkan beberapa statement perubahan kedalam database menjadi dianggap satu kesatuan. Dilakukan semuanya atau tidak sama sekali (all or nothing) sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan data.. Transaksi mempunyai 2 fungsi utama:
1. Menyediakan reliabilitas, artinya jika terjadi kesalahan pada salah satu statement maka seluruh perubahan akan digagalkan. Sehingga data yang tersimpan benar benar reliable(dapat diandalkan).
2. Melakukan isolasi, artinya satu transaksi harus di proses satu persatu. Sehingga tidak ada kemungkinan 2 program mengakses atau bahkan mengubah data sekaligus.
Dalam transaksi ada 4 komponen utama, yaitu Atomicity, Consistency, Isolation and Durability yang biasa di singkat dengan ACID. Berikut penjelasannya:
Atomicity
Adalah suatu aturan dimana perubahan dilakukan secara keseluruhan atau tidak sama sekali. Sehingga jika di tengah transaksi terjadi kegagalan maka seruluruh perubahan akan di batalkan dan di kembalikan kekondisi semula. Kegagalan disini bisa terjadi karena aplikasi, system, database dsb.
Contoh (Ambil kasus transfer di suatu bank dari rek A ke rek B dengan nilai transfer 1000):
Maka stepnya adalah sebagai berikut:
1. Cek saldo A apakah mencukupi, jika mencukupi maka lanjut ke step ke-2. Jika tidak maka transaksi selesai dan tidak ada perubahan.
2. Kurangi saldo A sebesar 1000
3. Tambahkan saldo B sebesar 1000
Seluruh step diatas harus digabungkan sehingga apabila setelah step ke-2 terjadi kesalahan maka seluruh perubahan transaksi harus di batalkan. Setelah transaksi berhasil maka akan di lakukan commit.
Consistency
Menunjukkan konsistensi data yang ada setelah terjadi transaksi. Misalnya pada contoh kasus sebelumya, jika saldo A = 2000 dan saldo B = 500, maka setelah transaksi saldo A = 1000 dan saldo B = 1500. Nah beberapa hal yang biasanya ditangani oleh dbms adalah mengenai integrity constraint. Sedangkan jika berupa hasil perhitungan bisa di lakukan oleh aplikasi.
Isolation
Pada prinsip isolation, data yang sedang di lakukan perubahan tidak boleh diakses oleh lebih dari satu operasi. Harus hanya satu operasi yang melakukan perubahan ini. Sehingga jika ada operasi lain yang akan merubah maka harus menunggu sampai transaksi yang berlangsung selesai.
Misal ada 2 transaksi transfer antara rek A, dan rek B yang terjadi secara bersamaan:
T1 : Transfer A->B senilai 500
• Kurangi saldo A 500
• Tambah saldo B 500
T2 : Transfer B->A senilai 1000
• Kurangi saldo B 1000
• Tambah saldo A 1000
Nah bayangkan jika transaksi tersebut terjadi secara bersamaan dan di proses tanpa isolasi sehingga akan menjadi:
• Kurangi saldo A 500
• Tambah saldo B 500
• Kurangi saldo B 1000
• Tambah saldo A 1000
Jika terjadi kegagalan pada T1, maka data akan tidak konsisten sebab pada T2 sudah mengganti menambahkan saldo pada B. Demikian pentingnya isolasi, sehingga data tidak akan bisa di akses secara bersamaan oleh lebih dari satu operasi.
Durability
Kemampuan DBMS untuk menyimpan data transaksi yang terjadi. Sehingga jika terjadi kegagalan, DBMS menjamin bahwa data transaksi yang telah tersimpan tidak akan hilang. Banyak DBMS yang menuliskan log untuk suatu transaksi yang dapat digunakan ketika terjadi error pada hardware maupun software.
Salah satu poin penting dalam database transaction adalah atomic, yaitu beberapa perintah dianggap sebagai satu kesatuan. Kalau satu gagal, yang lain harus dibatalkan.
Ini adalah fundamental dari pemrograman dengan menggunakan database relasional.
Pada kasus apa perlu transaction? Ya pada semua kasus yang perlu atomic. Contohnya : header detail. Sekali insert, 1 header dan beberapa detail. Kalo pada waktu insert detail gagal, ya headernya harus diundo, kalo ngga ada header yang gantung tanpa detail sehingga datanya juga jadi salah.
Sekarang balik saya tanya, aplikasi apa yang gak pake skema header detail? Kecuali aplikasi prakarya tugas sekolah, aplikasi bisnis pasti pake header detail.
Itu masalah atomicity. Kemudian ada masalah isolation. Isolation ini artinya, transaction yang belum dicommit, tidak akan bisa dibaca oleh session lain. Contohnya gini, kita terima order 1000 item. Tentunya butuh waktu untuk menginsert 1000 record, misalnya butuh waktu 2 detik. Di dunia prosesor, 2 detik itu lama sekali, dan banyak hal bisa terjadi dalam rentang waktu tersebut. Nah, akan terjadi musibah, kalo kita ternyata ada fitur untuk menghitung jumlah order, katakan saja querynya seperti ini.

select sum(nilai) from t_order where tanggal = '2011-02-02'
yang berjalan di tengah-tengah proses insert tadi, misalnya pada waktu baru terinsert 53 order saja. Query hitung ini dijalankan oleh user lain. Suatu hal yang sangat umum terjadi, aplikasi diakses beberapa user berbarengan.
Query ini akan menghasilkan nilai yang salah, karena 1000 order itu belum tentu sukses diinsert. Misalnya pada record ke 143 terjadi mati lampu, hardisk penuh, komputer hang, browser ketutup, laptop kesiram kopi, usernya menekan tombol cancel, validasi stok produk tidak cukup, atau whatever kejadian remeh-temeh yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan terjadi kekacauan. Karena tidak atomic, maka kita tidak tau sudah berapa record yang terinsert, sehingga menyulitkan proses recovery. Order mana yang harus diinsert ulang, dan order mana yang sudah masuk? Karena tidak ada isolation, maka user yang menjalankan perhitungan order akan mendapat hasil yang tidak sahih kebenarannya.
Seandainya saja kita menggunakan transaction dengan benar, maka pada waktu terjadi sesuatu pada waktu proses insert tadi, maka posisi database akan dikembalikan ke posisi sebelum insert dilakukan. Karena posisi sebelum insert kita tahu dengan pasti, maka recovery gampang. Insert ulang saja 1000 order tadi tanpa kecuali. Sederhana dan mudah.
Jadi kalo ada di sini yang bilang bikin aplikasi bisnis tanpa transaction, maka itu adalah nonsense. Tidak peduli kalo sampe saat ini jalan lancar, maka itu hanyalah kebetulan belaka, dan kita tidak mau selamanya mengandalkan keberuntungan kan? Kalau sampai saat ini berjalan lancar, ya mungkin aplikasinya cuma dipakai 1 concurrent user saja dan itupun jarang-jarang pake.
Nah, jadi transaction itu adalah fitur fundamental yang harus digunakan, sama seperti kalo kita keluar rumah ya harus pake celana. Di daerah lain sana orang kemana2 cuma pake koteka, dan saya tidak mau berdebat dengan mereka urusan celana. Jadi kalo masih ada yang bersikukuh bikin aplikasi bisnis gak pake transaction, ya silahkan, saya tidak mau berdebat urusan ini. Percuma berdebat sama orang yang gak pake celana ;p
Selanjutnya, sebetulnya apa benar transaction itu memberatkan aplikasi? Hmm … ini sebetulnya hanyalah mitos belaka. Yang mau mendebat silahkan sajikan benchmark antara non-transactional dan transactional. Kalo selisih performance cuma 100%, artinya kalo non-transactional cuma 2 kali lebih lemot, saya mendingan upgrade hardware daripada mengorbankan data integrity untuk gain performance yang tidak seberapa ini.
Jadi, apa kita tidak boleh pakai MyISAM ? Tentu ada waktu dan tempatnya. Data2 read only seperti misalnya tabel kategori, master produk, bolehlah pake MyISAM. Tapi kalo sudah data header detail, ya harus InnoDB dan harus menggunakan transaction supaya atomic.
Setelah kita menggunakan InnoDB, sebetulnya kita tidak bisa non-transactional. Kalo kita tidak begin dan commit secara explisit, sebenarnya untuk tiap SQL statement, itu dianggap satu transaction. Sehingga SQL seperti ini :
update table harga set nilai = nilai + 1000;
Sebetulnya akan dijalankan seperti ini ;
begin;
update table harga set nilai = nilai + 1000;
commit;
Ini namanya fitur autocommit. Di MySQL defaultnya dienable.
Dengan adanya autocommit ini, justru kita akan lebih lemot kalo tidak menggunakan transaction secara benar. Contoh, insert 100 data produk. Kalo tanpa begin dan commit explisit, berarti ada 100 begin dan ada 100 commit, artinya 100 kali menjalankan transaction. Akan lebih efisien kalo kita lakukan explisit, seperti ini :
begin;
insert into table produk (kode) values ('P-001');
... ulangi 99 kali lagi ..
commit;
Cara di atas hanya akan membutuhkan satu transaction saja. Jauh lebih efisien.
Baiklah, ada beberapa pesan moral di artikel ini
1. Header detail harus dioperasikan secara atomic
2. Operasi yang belum selesai, tidak boleh dilihat session lain, sehingga untuk aplikasi multiuser, pasti butuh isolation
3. Karena aplikasi bisnis umumnya multiuser, dan pasti punya skema header-detail, maka pasti harusmenggunakan transaction
4. Masalah performance di transaction umumnya mitos belaka, dan walaupun ada, tidak sebanding dengan mengabaikan integritas data
5. Jangan lupa pakai celana kalau keluar rumah
Pembaca setia blog saya tentu paham bahwa biasanya saya memberikan anjuran dengan kata-kata sebaiknya, tergantung situasi, dan istilah-istilah yang relatif. Tapi di artikel ini, banyak kata-kata pasti, harus, dan sejenisnya. Ini karena masalah transaction ini berkaitan dengan integritas data. Aplikasi yang kita buat haruslah bisa dipercaya untuk menghasilkan perhitungan yang benar. Tanpa menjaga integritas data dengan transaction, mustahil perhitungan yang benar bisa didapatkan.